Indonesia Produk Furnitur Rotan Pembangunan – Indonesia merupakan produsen bahan baku komoditas rotan terbesar di dunia. Hampir setiap tahun sekitar 85% bahan baku rotan berasal dari Indonesia. Dari jumlah tersebut, hutan tropis di Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi merupakan penghasil rotan sebanyak 90%. Komoditas rotan merupakan bahan baku industri yang tergolong bahan ramah lingkungan. Sehingga produk industri rotan langsung juga merupakan produk ramah lingkungan atau green product. Masyarakat Indonesia sudah mengenal rotan sejak lama. Masyarakat memanfaatkan tanaman ini sebagai bahan baku berbagai industri kerajinan dan furnitur tanah air. Dan, saat ini industri tersebut juga sudah merambah ke berbagai negara, seperti China, Korea Selatan, dan Eropa. 

Harga Jual Kerajinan Rotan

Harga jual kerajinan rotan khususnya yang dihasilkan oleh pengrajin dalam negeri. Berkisar ratusan hingga ribuan dolar AS di pasar internasional. Meski harga bahan baku awal mungkin hanya berkisar Rp. 6,000 per kg di sentra kerajinan. Hal ini menunjukkan bahwa potensi peningkatan nilai tambah produk yang dimiliki komoditas rotan cukup besar. Selain hasil kerajinan tangan, masyarakat Indonesia juga mengolah rotan menjadi furniture dan produk ini sudah lama dikenal oleh pembeli mancanegara. Hal ini dibuktikan dengan digunakannya furniture rotan pada Konferensi Potsdam pasca Perang Dunia II tahun 1945 oleh tokoh dunia seperti Yoseph Stalin sebagai Sekretaris Jenderal Partai Komunis Uni Soviet, Presiden Amerika Serikat Harry S. Truman, dan Perdana Menteri Inggris Winston Churchill. Padahal, produk rotan Indonesia sudah lama mengharumkan nama bangsa di kancah internasional dengan hadir menghiasi ruangan berbagai pemimpin legendaris dunia. Persaingan perdagangan penjualan produk kerajinan dan mebel. Apalagi yang berbahan dasar rotan, saat ini tidak hanya terjadi di tingkat nasional seperti di tingkat pedagang. Namun juga telah merambah pasar internasional. Hal ini terjadi karena sejak satu dekade terakhir beberapa negara mulai menyadari nilai ekonomi yang tinggi. Hasil tersebut melalui berbagai improvisasi dan pengembangan produk pada berbagai kerajinan dan furnitur berbahan baku rotan. 

Pengembangan Produk Mebel Rotan Indonesia

Alhasil, bukan hanya pengusaha Indonesia saja yang menguasai pasar rotan internasional. Namun juga para pengusaha yang berasal dari negara maju seperti China, Taiwan, dan Eropa. Selama kurun waktu 1995 – 2011, kinerja ekspor produk jadi rotan asal Indonesia mengalami tren menurun. Hal ini sangat bertolak belakang dengan keunggulan komparatif yang sebenarnya dimiliki Indonesia. Industri berbasis rotan di Indonesia masih harus meningkatkan daya saing produknya di pasar global. Apalagi dengan produk furnitur rotan buatan negara pesaing. Oleh karena itu, pelaku ekspor harus bisa meningkatkan nilai tambah produknya. Serta kemampuan pemanfaatan berbagai jenis rotan dengan penguasaan desain, teknologi produksi, finishing dan branding untuk mendukung pengembangan ekspor nasional ke depan. Dalam perkembangannya, industri kerajinan dan mebel rotan dalam negeri masih harus mengalami pengalaman. Perjuangan berat menghadapi persaingan di pasar global. Salah satu kendala krusial yang dihadapi adalah tingkat ketersediaan bahan baku di dalam negeri. Yang terkadang membuat para pengusaha produk rotan frustasi. 

Eksportir Rotan Dalam Negeri

Domestik eksportir rotan cenderung mengekspor bahan baku rotan mentah yang mereka hasilkan. Pasalnya, mereka menginginkan standar nilai jual yang didapat dari pedagang luar negeri. Seiring dengan tumbuhnya industri rotan di luar wilayah Indonesia, hal ini menuntut ketersediaan bahan baku dan dunia mengakui Indonesia sebagai penghasil rotan yang berkualitas. Hal ini mengakibatkan industri barang jadi rotan dalam negeri mengalami kekurangan rotan yang menyebabkan tingginya harga rotan mentah sebagai bahan baku industri yang pada akhirnya juga berdampak pada mahalnya harga produk rotan asal Indonesia dan menurunkan daya saing produk. Saat ini kebutuhan rotan untuk industri dalam negeri mencapai 62,000 ton per tahun dan diperkirakan nilai tersebut akan terus meningkat di masa depan. Dengan diberlakukannya larangan ekspor rotan mentah oleh pemerintah, dalam hal ini oleh Pemerintah. Kementerian Perdagangan, diharapkan industri rotan dalam negeri mampu berkembang dan mampu menyerap bahan baku produksi yang melimpah karena tidak boleh lagi diekspor. Selain itu, industri rotan dari negara pesaing yang mengandalkan bahan baku dari Indonesia akan mengalami kesulitan bahan baku yang akan membuat harga produknya menjadi lebih mahal dan juga akan mengalami penurunan daya saing di pasar internasional. Peluang inilah yang diharapkan dapat ditangkap oleh eksportir dalam negeri dan mampu merangsang semangat para pelaku usaha khususnya dari sektor industri rotan.